Minggu, 09 Desember 2018

SURAT AL ANKABUT AYAT 7-8

SURAT AL ANKABUT 7-8
Dalam Pengajian Tafsir Jalalain Jumu’ah Pagi
Oleh KH Sya’roni Ahmadi Kudus
Menafsiri al qur’an itu ada 4 tingkatan :
1. Dzohiron(ظاهرا) tapi juga
2. Baathinan(باطنا),
3. Sirron (سرا) bahkan
4. Sirrus sirri(سر السر)
Maksud pernyataan diatas adalah jika kita ingin membaca tafsir suatu ayat Al Qur'an tidaklah cukup hanya menafsiri secara dzohir atau letterlijk, melainkan secara baathinan(makna kandungannya) bahkan rahasia dari ayat tersebut. Tujuannya agar pemahaman kita tidak sebatas makna umum saja tetapi mengetahui kandungan serta rahasia ayat, sehingga hati itu mantap.

Dimulai dengan ayat ke 7 surat Al Ankabut


Gambaran Orang Mukmin yang Beramal Sholeh
والذين امنوا وعملوا الصلحت لنكفرنّ عنهم سيئاتهم ولنجزينّهم احسن الذين كانوا يعملون
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan pasti akan Kami hapus kesalahan-kesalahannya dan mereka pasti akan Kami beri balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”

Ayat inj menerangkan bahwa orang mukmin(yang taqwa) yang amal atau perbuatannya bagus maka : (tafsir dzohiron)
1. Dosanya dihapus
2. Diberi balasan dengan balasan yang paling baik melebihi amal perbuatannya.
Jika ayat hanya ditafsiri secara dzohir atau luarnya saja maka tidak akan mengena di hati, sehingga perlu ditafsiri secara baathinan(kandungan ayat) mengenai apa itu amal soleh.

Lalu definisi amal soleh itu apa ?
Definisi Amal Soleh(tafsir baathinan) yaitu:
القائم بحقوق الله وحقوق الادمىّ
Artinya : Seimbang antara haqqullah(hubungan dengan Allah) dan hak adam(hak-hak dalam berhubungan manusia dengan sesama manusia)
Dengan kata lain, amal soleh itu ibadahnya bagus dan sosialnya kepada sesama juga bagus(tidak menyakiti).

Macam-macam Kesalahan atau Dosa
ولنجزينّهم احسن الذين كانوا يعملون
Manusia itu pasti punya salah kecuali nabi dan rosul, dalinya :
كل بنى ادم خطاء وخير الخطاء التواب
“Semua manusia (kecuali nabi dan rosul) pasti punya salah dan sebaik-baik salah adalah taubat”

Berkaitan dengan hadis diatas, berikut akan dijelaskan mengenai macam-macam kesalahan atau dosa.
Kesalahan/Dosa itu ada 2 macam :
1. Kesalahan yang sampai pada kekufuran/ kemusyrikan

Kesalahan macam ini tidak akan diampuni sampai taubat dan taubatnya adalah membaca Syahadat.

2. Kesalahan non-kemusyrikan
Kesalahan atau dosa jenis ini dibagi 2, yaitu :
a. Dosa Besar
Definisi : Dosa yang ada ancamannya
Contoh : Zina, menuduh zina, mabuk-mabukan dan lain sejenisnya.
b. Dosa Kecil
Definisi : Dosa-dosa yang tidak ada ancamannya

Naah...hal terpenting bagi umat islam adalah berhati-hati jangan sampai melakukan perbuatan yang bisa sampai pada kekufuran. Jika sudah bisa menjauhi perbuatan yang menyebabkan kemusyrikan maka kita harus bisa menjauhi dosa-dosa besar. Jika sudah bisa menjauhi dosa-dosa besar maka Allah akan melebur atau menghapus dosa-dosa kecil kita.
Hal ini diterangkan dalam surat An Nisa’ : 31(juz 5)
ان تجتنبوا كبائر ما تنهون نكفر عنكم سيّئاتكم ويغفرلكم ذنوبكم
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu..”
*Kuncinya adalah tidak berbuat kemusyrikan dan menjaga dari perbuatan dosa besar, maka dosa-dosa kecil kita diampuni secara otomatis walaupun tidak bertaubat.

Berikut ada cerita mengenai dosa besar.
~#~
Obrolan Kang Badrun dan Kang Na’im part2(penulis)
Pasca hujan deras Kang Badrun dan kang Na’im sedang ngopi di warung angkringan dekat masjid sambil diskusi ringan.
Kang Badrun tiba-tiba tanya,”Jika ada orang Islam meninggal sedangkan masa hidupnya pernah melakukan dosa besar. Nanti masuk surga apa neraka?”. “Dosa besarnya menerima pengampunan tidak? Sudah bertaubat belum?”tanya balik kang Na’im
“jika belum taubat Kang ?”,tanya kang Badrun
“Jika belum, dia dido’akan orang lain tidak?”, jawab Kang Na’im
“Ya dido’akan Kang.....”
“jika dido’akan dan diampuni Allah maka surga .....”, jelas Kang Na’im kepada Kang Badrun
“Oh gitu ya kang... terima kasih yo Kang, ngopi meneh yo kang ”, sahut kang Badrun menutup percakapan.
~#~
Dari cerita diatas, disimpulkan bahwa walaupun ada orang yg mati tapi hidupnya suka melakukan dosa-dosa besar itu bisa diampuni dengan taubat atau didoakan orang lain.
Simbah K Arwani dan Mbah Hisyam adalah ulama’ yang do’anya mustajab, sehingga banyak orang yang meminta dido’akan beliau-beliau, terlebih orang yang sudah meninggal.

Contoh lagi(dari penulis) : Misal Pak Bejo adalah warga kampung Saribejo. Dalam masa hidupnya sering kali melakukan dosa-dosa besar, suka mabuk-mabukan, judi dll. Lalu meninggal dalam keadaan belum bertaubat. Saat solat jenazah Kyai Turmudzi ikut mensolati dan mendoakan pak Bejo. Dalam hal ini Kyai Turmudzi adalah kyai yang do’anya mandi alias mustajab. Bisa saja karena doa beliau Allah mengampuni dosa pak Bejo.

Jadi, kesalahan atau dosa yang tidak akan diampuni adalah dosa musyrik, kecuali dia taubat(syahadat) dan mendoakan orang kafir/ musyrik hukumnya tidak boleh.
Dalilnya dalam surat an Nisa’ : 48(juz 5)
انّ الله لايغفر ان يشرك به ويغفر ما دون ذلك
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa karena mempersekutukanNya(syirik), dan Dia mengampuni dosa yang selain (syirik)”

PENTINGNYA HUBUNGAN SESAMA MANUSIA(HAK ADAM)
Cerita Mayat yang Masih Punya Hutang

Suatu ketika Kanjeng Nabi mendatangi upacara pelepasan jenazah, Nabi diminta untuk mensolati jenazah tersebut. Nabi tidak bertanya tentang dosa kepada Allah, tetapi nabi bertanya tentang hak adam,” apakah mayyit ini punya hutang ?”
“Ya wahai Kanjeng Nabi... si mayyit punya hutang 1 dinar”, jawab salah satu sohibul janazah
Setelah mengetahui bahwa si mayyit masih punya hutang, Kanjeng nabi berkata,”Solatilah sendiri temanmu itu....” Kanjeng nabi tidak mau mensolati jenazah tersebut.
Sampai-sampai Sayyidina Ali, orang yang tidak kaya tetapi kasih sayangnya kepada teman sangat luar biasa, lalu beliau menanggung hutang si mayyit.
Nabi baru bersedia untuk mensolati(mendo’akan) si mayyit tersebut.
~#~
Cerita diatas memberi ibroh/pelajaran bahwa hubungan sesama manusia(hak adam) itu sangat penting, seperti hutang piutang dll. Saking pentingnya Nabi tidak menanyakan perihal hubungan kita kepada Allah, melainkan justru hubungan kepada sesama manusia. Karena Allah itu maha Pemurah, sehingga hubungan kepada Allah itu ringan, sedangkan hubungan sesama manusia itu berat karena manusia tidak memiliki sifat pemurah.
Tafsir diatas bukan tafsir secara dzohir saja, tetapi sudah sampai batinan bahkan sirran(rahasia).

Sekarang berlanjut pada ayat ke-8 surat al Ankabut
Birrul Walidain(Berbakti kepada Orang Tua)
ووصّيْنا الانسان بوالديه حسنا وان جاهداك لتشرك بيْ ما ليس لك به علم فلا تطعهما اليّ مرجعكم فانبّئكم بما كنتم تعملون
“Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”

Ayat ke 8 dari surat ini menerangkan tentang kewajiban anak untuk berbakti kepada orang tua.

Lalu cara berbakti kepada kedua orang tua itu seperti apa?
*Cara berbakti kepada kedua orang tua ada 2 macam :
1. Jika orang tua masih hidup
Sebagaimana dalam surat Al Isro’ : 23 (juz 15)
وبالوالدين احسانًا امّا يبلغنّ عندك الكبر احدهما او كلاهما افٍّ ولا تنهر هما وقل لهما قولًا كريْمًا
“Dan hendaklah berbuat baik kepada bapak ibuk. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharanaanmu, maka jangan sekali-kali engkau katakan kepada mereka perkataan “Ah” dan jangan engkau bentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik”

Jika kedua orang tua masih hidup, maka cara berbaktinya dengan mengikuti atau mentaati apa yang menjadi kehendak dan kesukaan orang tua. Tetapi jika sampai orang tua menyuruh pada hal-hal yang bisa menyebabkan kemusyrikan, maka tidak boleh diikuti.

Contoh: (tafsir baathinan)
Ketaatan Sa’ad bi Abi Waqos kepada Ibunya
Sa’ad bin Abi Waqos adalah sahabat Nabi, sedang ibunya kafir. Ketika sang ibu mendengar bahwa Sa’ad mengikuti ajaran Kanjeng nabi, sang ibu menyuruh untuk keluar dari islam. Lalu nabi mendengar kasus tersebut dan Sa’ad meminta pendapat kepada beliau,” Bagaimana ini Kanjeng nabi?  Ibu menyuruh untuk keluar dari Islam... apa yang harus saya lakukan?”
“Tetap islam, tidak boleh murtad”. Jawab Nabi
Lalu sang ibu tanya lagi,“ Bagaimana Sa’ad? Kamu masih islam?”
“Ya bu, saya masih tetap islam...”jawab Sa’ad
“ Jika kamu masih islam, aku tidak mau mengakui kau sebagai anakku lagi..”jawab Ibu
Lalu Sa’ad konsultasi kepada Nabi,” Bagaimana ini Nabi... Ibu tidak mau mengakui saya sebagai anaknya jika saya tetap islam..”
“Tetap islam Sa’ad....tetapi Ibu tetap dihormati dan kamu harus melakukan apa yang menjadi kewajiban kamu seperti biasanya, buatlah masakan buat Ibu...”jelas Nabi
Sa’ad pun pulang dan lagi-lagi sang Ibu tanya,” Bagaimana Sa’ad? Kau masih islam?”
“Iya Ibu....”jawab Sa’ad
“Jika kamu tetap islam, aku akan mogok makan...” jawab sang Ibu.
Lalu nasehat nabi kepada Sa’ad bin Abi Waqos adalah agar tetap menghormati ibunya tetapi tidak mengikuti perintah ibunya perihal kafir/musyrik.
~#~
Jadi, jika Bapak Ibu kafir maka anak wajib tetap hormat. Lebih-lebih jika bapak ibu islam, berbaktinya harus bener-bener.

2. Jika orang tua sudah meninggal
Cara : Dido’akan dan hadiahkan bacaan fatihah minimal setelah solat agar disana mendapat kenikmatan.
Dido’akan اللهمّ اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه"
Dalil :
وقل ربّ ارحمهما كما ربّيانيْ صغيْرًا
“Dan ucapkanlah,” wahai Tuhanku sayangilah keduanya sebagaimana mereka telah mendidikku dimasa kecil”.

Ada sesuatu yang indah disini, yaitu jika kita sodaqoh kepada faqir miskin atau amal di kotak amal masjid jangan lupa untuk menghadiahkan kepada bapak atau ibu yang sudah meninggal(istilahnya diikutkan).
Contoh : Misal Kita sodaqoh 10.000 ke kotak amal masjid, dalam hati kita krentek atau niat,”Ini untuk Bapak...”, atau “ Ini untuk Ibu....”.
Lalu jika ada yang tanya" mana dalilnya ?"
Berikut adalah dalil sodaqoh untuk orang meninggal :
تصدّقوا لانفسكم وامواتكم فان تعذّروا فبايات القران فان تعلموا بمغفرة
Shodaqohlah untukmu dan orang yang sudah meninggal, jika tidak mampu(punya uang) maka bacakan al Qur’an, dan jika tidak fasih baca al Qur’an maka doakan mintakan ampunanNya.(Hadis Shohih)

Jika orang tuanya kafir maka hukumnya tidak boleh mendoakan mereka, sehingga jika kita dikaruniai orang tua yang islam (muslim) adalah suatu kenikmatan yang luar biasa dan harus disyukuri dengan bakti kepada keduanya sungguh-sungguh.

Jadi secara umum, mendoakan orang kafir itu tidak boleh.
# والله اعلم بالصواب#

“TANYA JAWAB PASCA PENGAJIAN”
1. Apakah bersiul adalah kebiasaan jahiliyah ? bolehkah kita melakukannya?
Jawab :
Bersiul dalam al Qur’an disebutkan dalam surat Al Anfal : 35(juz 9)
وما كان صلاتهم عند البيت الّا مكاءً وتصديةً
Dan solat mereka di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dan tepuk tangan..
Jadi, bersiul adalah kebiasaan orang jahiliyah dan itu adalah cara orang kafir dalam beribadah di Masjidil Harom.

2. Apakah saat memegang al Qur’an harus dalam keadaan suci?
Pernah suatu saat, saya  menemukan al Qur’an yang berada di tempat yang bukan semestinya sedangkan saya dalam keadaan tidak punya wudhu, ini hukumnya bagaimana?
Jawab:
Membaca al Qur’an itu tidak wajib punya wudhu, jika wudhu lebih sempurna.
Jika memegang al Qur’an, menurut madzhab 4 sepakat harus punya wudhu. Tetapi jika dalam keadaan darurat boleh.
Contoh : Amir sedang berjalan di suatu parkiran mobil, tiba-tiba dia melihat ada al Qur’an di parkiran(di tanah). Posisi si Amir sedang tidak punya wudhu, maka seketika itu boleh mengambil al Qur’an tersebut dengan diniati menghormati al Qur’an.

3. Apakah waswas bisa menyebabkan kafir ? lalu bagaimana cara mengatasi waswas?
Jawab:
Penyakit waswas untuk urusan aqidah atau keyakinan adalah mengkhawatirkan, tetapi tidak sampai kafir.
Waswas itu kadang saat kita Takbirotul Ihrom, kita digoda dengan rasa waswas sehingga takbirotul ihromnya diulang-ulang. Cara mengobatinya : Dipaksa atau dilawan.
Contoh lagi : dalam hati saat solat atau wudhu.”Sah tidak ya?”
Jawab dengan mantap,”SAH....”
Syaitan itu dilawan jangan dituruti, cara menghilangkan waswas itu dari diri sendiri dan memang harus dipaksa.

4. Apakah maksud dari do’a “اللهم طول عمورنا”?
Jawab :
Umur itu tidak berkurang, tetapi dikurangi.
Lafadz “طول عمورنا “ bermakna bukan pada panjangnya waktu. Terkait lamanya waktu sudah ditentukan dan digariskan oleh Allah.
Jadi “طول عمورنا” bermakna pada barokahnya umur/ usia, misalkan hidupnya selalu bermanfaat kepada masyarakat atau orang banyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar